Describes Food 3
1. Pempek
Pempek atau empek-empek adalah makanan khas Palembang yang terbuat dari daging ikan yang digiling lembut dan tepung kanji (secara salah kaprah sering disebut sebagai "tepung sagu"), serta beberapa komposisi lain seperti telur, bawang putih yang dihaluskan, penyedap rasa dan garam. Sebenarnya sulit untuk mengatakan bahwa penganan pempek pusatnya adalah di Palembang karena hampir semua daerah di Sumatera Selatan memproduksinya.
Pempek bisa ditemukan dengan sangat mudah di seantero Kota Palembang; ada yang menjual di restoran, ada yang di pinggir jalan, dan juga ada yang dipikul. Tahun 1980-an, penjual biasa memikul satu keranjang penuh pempek sambil berjalan kaki berkeliling menjajakan makanannya.
Pempek bisa ditemukan dengan sangat mudah di seantero Kota Palembang; ada yang menjual di restoran, ada yang di pinggir jalan, dan juga ada yang dipikul. Tahun 1980-an, penjual biasa memikul satu keranjang penuh pempek sambil berjalan kaki berkeliling menjajakan makanannya.
Menurut sejarahnya, pempek telah ada di Palembang sejak masuknya perantau Tionghoa ke Palembang, yaitu di sekitar abad ke-16, saat Sultan Mahmud Badaruddin II berkuasa di kesultanan Palembang-Darussalam. Nama empek-empek atau pempek diyakini berasal dari sebutan apek atau pek-pek, yaitu sebutan untuk paman atau lelaki tua Tionghoa.
Berdasarkan cerita rakyat, sekitar tahun 1617 seorang apek berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan (tepian Sungai Musi) merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah di Sungai Musi yang belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang. Ia kemudian mencoba alternatif pengolahan lain. Ia mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota. Oleh karena penjualnya dipanggil dengan sebutan "pek … apek", maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek.
Namun, cerita rakyat ini patut ditelaah lebih lanjut karena singkong baru diperkenalkan bangsa Portugis ke Indonesia pada abad 16, sementara bangsa Tionghoa telah menghuni Palembang sekurang-kurangnya semenjak masa Sriwijaya. Selain itu velocipede (sepeda) baru dikenal di Perancis dan Jerman pada abad 18. Dalam pada itu Sultan Mahmud Badaruddin baru dilahirkan tahun 1767. Walaupun begitu memang sangat mungkin pempek merupakan adaptasi dari makanan Tionghoa seperti bakso ikan, kekian atau pun ngohiang.
Berdasarkan cerita rakyat, sekitar tahun 1617 seorang apek berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan (tepian Sungai Musi) merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah di Sungai Musi yang belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang. Ia kemudian mencoba alternatif pengolahan lain. Ia mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota. Oleh karena penjualnya dipanggil dengan sebutan "pek … apek", maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek.
Namun, cerita rakyat ini patut ditelaah lebih lanjut karena singkong baru diperkenalkan bangsa Portugis ke Indonesia pada abad 16, sementara bangsa Tionghoa telah menghuni Palembang sekurang-kurangnya semenjak masa Sriwijaya. Selain itu velocipede (sepeda) baru dikenal di Perancis dan Jerman pada abad 18. Dalam pada itu Sultan Mahmud Badaruddin baru dilahirkan tahun 1767. Walaupun begitu memang sangat mungkin pempek merupakan adaptasi dari makanan Tionghoa seperti bakso ikan, kekian atau pun ngohiang.
cara membuat Pempek
Bahan:
- 250 gram ikan tenggiri/kakap/gabus, giling
- 250 gram tepung sagu
- 2 sendok teh garam
- 1/2 sendok teh gula pasir
- Mentimun secukupnya, potong dadu
Biang:
- 200 ml air kaldu ayam/ikan
- 4 sendok makan tepung terigu
- 3 siung bawang putih, haluskan
- 1 batang bawang perai, iris halus
Cuko:
- 250 gram gula merah
- 100 gram ebi kering
- 5 buah cabai rawit
- 4 siung bawang putih, haluskan
- 4 sendok makan cuka putih
- 1 liter air
Cara membuat:
Rebus bahan-bahan biang. Aduk sampai kental dan terasa berat. Setelah itu angkat dari kompor dan sisihkan. Campur biang dengan ikan, garam, dan gula pasir. Setelah itu masukkan tepung sagu sedikit demi sedikit. Aduk sampai adonan bisa dipulung. Bentuk pempek sesuai selera, bisa juga diisi dengan telur. Setelah itu rebus sampai mengambang. Rebus semua bahan cuko sampai mendidih, kemudian sisihkan.Goreng pempek sampai berwarna kuning keemasan, kemudian potong-potong. Sajikan bersama mentimun dan cuko.
2.Tom Yam
Tom Yum Goong (tom yum kung) adalah makanan khas Thailand dan Laos. Di Laos soup ini disajikan dengan nasi dikalangan bangsawan, sedang dikalangan umum dan juga di Thailan disajikan tanpa nasi.
Rasanya campuran antara asem, pedas juga gurih. Bumbu utama yang hampir selalu ada adalah daun jeruk nipis, sereh, bubuk cabe dan saus ikan. Isi didalamnya biasanya Udang (tom yum goong), atau daging ayam (tom yum kai) atau ikan (tom yum pa) , atau campurannya daging seaafood (tom yum po thaek). Warna kuahnya yang kemerahan dan berminyak namun tetap encer memberikan rasa segar namun sedikit menyengat asem campur pedas. Campuran asem pedas ini membuat kita tidak cepat neg atau mual ketika menyantapnya, justru makin ingin menambah, karena pedas dan asam (juga asin) adalah makanan yang merangsang, yang menimbulkan lidah ingin kembali menikmati meski saat memakannya terasa pedas, asem dan panas. Disajikan saat panas namun masih bisa diterima lidah, adalah waktu penyajian yang tepat.
Rasanya campuran antara asem, pedas juga gurih. Bumbu utama yang hampir selalu ada adalah daun jeruk nipis, sereh, bubuk cabe dan saus ikan. Isi didalamnya biasanya Udang (tom yum goong), atau daging ayam (tom yum kai) atau ikan (tom yum pa) , atau campurannya daging seaafood (tom yum po thaek). Warna kuahnya yang kemerahan dan berminyak namun tetap encer memberikan rasa segar namun sedikit menyengat asem campur pedas. Campuran asem pedas ini membuat kita tidak cepat neg atau mual ketika menyantapnya, justru makin ingin menambah, karena pedas dan asam (juga asin) adalah makanan yang merangsang, yang menimbulkan lidah ingin kembali menikmati meski saat memakannya terasa pedas, asem dan panas. Disajikan saat panas namun masih bisa diterima lidah, adalah waktu penyajian yang tepat.
Cara Membuat Tom Yam
- Bahan:
200 gram udang jerbung, kupas, belah punggungnya dan sisakan ekornya
200 gram cumi, bersihkan, potong-potong, belah dua kepalanya
200 gram ikan kakap fillet, potong-potong
150 gram jamur merang, belah dua
3 batang serai, ambil putihnya,
8 lembar daun jeruk, buang tulang daunnya
2 cm lengkuas, iris
10 buah cabai rawit merah utuh
3 sendok makan kecap ikan
4 1/2 sendok teh garam
1/4 sendok teh merica bubuk
2 1/4 sendok teh gula pasir
2 1/2 sendok makan air asam dari 1 1/2 sendok teh asam jawa larutkan dengan 3 sendok makan air
3 tangkai daun ketumbar, petiki
1 1/2 sendok makan air jeruk lemon
2.000 ml kaldu udang dari air rebusan kulit dan kepala udang
200 gram cumi, bersihkan, potong-potong, belah dua kepalanya
200 gram ikan kakap fillet, potong-potong
150 gram jamur merang, belah dua
3 batang serai, ambil putihnya,
8 lembar daun jeruk, buang tulang daunnya
2 cm lengkuas, iris
10 buah cabai rawit merah utuh
3 sendok makan kecap ikan
4 1/2 sendok teh garam
1/4 sendok teh merica bubuk
2 1/4 sendok teh gula pasir
2 1/2 sendok makan air asam dari 1 1/2 sendok teh asam jawa larutkan dengan 3 sendok makan air
3 tangkai daun ketumbar, petiki
1 1/2 sendok makan air jeruk lemon
2.000 ml kaldu udang dari air rebusan kulit dan kepala udang
- Bahan Bumbu Tom Yam:
3 sendok makan minyak goreng
1 sendok makan ebi
5 siung bawang putih
6 buah cabai kering
1 sendok makan ebi
5 siung bawang putih
6 buah cabai kering
- Cara membuat Tom Yam Soup:
Lumuri udang, cumi, dan ikan dengan 1/2 sendok makan air jeruk nipis. Diamkan 15 menit.
Bumbu tom yam, goreng ebi, bawang putih, dan cabai kering sampai harum. Angkat dan blender dengan minyaknya. Rebus kaldu udang, bumbu tom yam, serai, daun jeruk, dan lengkuas sampai harum. Tambahkan udang, cumi, ikan, jamur merang, cabai rawit merah, kecap ikan, garam, merica bubuk, dan gula pasir. Masak sampai mendidih.
Bumbu tom yam, goreng ebi, bawang putih, dan cabai kering sampai harum. Angkat dan blender dengan minyaknya. Rebus kaldu udang, bumbu tom yam, serai, daun jeruk, dan lengkuas sampai harum. Tambahkan udang, cumi, ikan, jamur merang, cabai rawit merah, kecap ikan, garam, merica bubuk, dan gula pasir. Masak sampai mendidih.
3.Bakmie Jawa
Bakmi Jawa atau Mi Jawa adalah bakmi rebus (Jawa: bakmi godhog) yang dimasak dengan bumbu khas masakan Jawa. Kebanyakan bakmi Jawa adalah bakmi rebus, sehingga di luar negeri (Malaysia dan Singapura) bakmi Jawa ini dikenal dengan sebutana mee rebus, akan tetapi sebenarnya terdapat variasi mi goreng dari bakmi Jawa.
Mi dimasak di atas tungku tanah liat (anglo) dan api arang. Meskipun banyak pembeli yang memesan, juru masak tidak memasak semua pesanan dalam satu wajan besar, melainkan bahan dan bumbu diracik satu per satu. Pesanan dimasak satu porsi demi satu porsi di dalam wajan kecil. Ciri khas lainnya bakmi Jawa adalah penambahan suwiran daging ayam kampung dan telur bebek ke dalam masakan.
Mi dimasak di atas tungku tanah liat (anglo) dan api arang. Meskipun banyak pembeli yang memesan, juru masak tidak memasak semua pesanan dalam satu wajan besar, melainkan bahan dan bumbu diracik satu per satu. Pesanan dimasak satu porsi demi satu porsi di dalam wajan kecil. Ciri khas lainnya bakmi Jawa adalah penambahan suwiran daging ayam kampung dan telur bebek ke dalam masakan.
Bakmi Jawa merupakan salah satu makanan khas khususnya di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Bakmi Jawa atau Mi Jawa dahulu dikenal dengan istilah bakmi rebus atau dalam bahasa jawa disebut dengan Bakmi godhog yang dimasak dengan bumbu dan rempah yang khas masakan Jawa. Diluar negeri seperti di Singapura dan Malaysia, Bakmi Jawa dikenal dengan sebutan mee rebus meskipun sebenarnya Bakmi Jawa memiliki banyak variasi seperti mie goreng dan bahkan penjual Bakmi jawa di Yogyakarta pasti juga menjual nasi goreng di dalam menu masakannya.
Keistimewaan Bakmi Jawa lainnya adalah pada cara pengolahannya. Bakmi jawa dimasak masih menggunakan cara tradisional yaitu masih menggunakan tungku tanah liat (anglo) dan api dari arang. Setiap pembeli bakmi jawa meskipun memesan dengan jumlah posri yang banyak, namun penjual bisanya membuatnya tetap satu persatu porsi menggunakan wajan yang kecil tidak diolah secara missal secara berbarengan. Hal tersebut akan menjaga rasa bakmi jawa sehingga tetap khas di lidah. Keistimewaan lainnya bakmi ini adalah pada suwiran daging ayam kampong dan telur bebek sebagai bahan membuatnya. Rasa yang akan diperoleh dari bahan-bahan tersebut akan membuat rasa bakmi Jawa menjadi khas.
Melihat latar belakang sejarahnya, pada mulanya bakmi ini berasal dari Desa Piyaman, Wonosari, Gunung kidul, Yogyakarta yang dipercaya sebagai tempat asal pembuat bakmi jawa. Dalam perkembangannya, kuliner tradisional ini telah menyebar dan ada hampir diseluruh wilayah Indonesia maupun luar negeri. Penjualnya pun memiliki ciri khas tersendiri. Mereka biasanya menjajakan dagangannya mulai senja dengan menggunakan gerobak tempat memasak bakmi di depan tempat usaha mereka. Di Yogyakarta sendiri telah ada banyak penjual bakmi jawa yang sudah sangat terkenal. Terdapat Bakmi Pak Pele di Alun-Alun Utara, Bakmi Kadin, Bakmi Mbah Hadi Terban, Bakmi Mbah Mo di Desa Code, Trirenggo, Bantul dan Bakmi Mbah Wito di Desa Piyaman, Wonosari, Gunungkidul. Para pecinta kuliner belum lengkap rasanya jika belum mencoba mencicipi masakan Bakmi Jawa ini.
Keistimewaan Bakmi Jawa lainnya adalah pada cara pengolahannya. Bakmi jawa dimasak masih menggunakan cara tradisional yaitu masih menggunakan tungku tanah liat (anglo) dan api dari arang. Setiap pembeli bakmi jawa meskipun memesan dengan jumlah posri yang banyak, namun penjual bisanya membuatnya tetap satu persatu porsi menggunakan wajan yang kecil tidak diolah secara missal secara berbarengan. Hal tersebut akan menjaga rasa bakmi jawa sehingga tetap khas di lidah. Keistimewaan lainnya bakmi ini adalah pada suwiran daging ayam kampong dan telur bebek sebagai bahan membuatnya. Rasa yang akan diperoleh dari bahan-bahan tersebut akan membuat rasa bakmi Jawa menjadi khas.
Melihat latar belakang sejarahnya, pada mulanya bakmi ini berasal dari Desa Piyaman, Wonosari, Gunung kidul, Yogyakarta yang dipercaya sebagai tempat asal pembuat bakmi jawa. Dalam perkembangannya, kuliner tradisional ini telah menyebar dan ada hampir diseluruh wilayah Indonesia maupun luar negeri. Penjualnya pun memiliki ciri khas tersendiri. Mereka biasanya menjajakan dagangannya mulai senja dengan menggunakan gerobak tempat memasak bakmi di depan tempat usaha mereka. Di Yogyakarta sendiri telah ada banyak penjual bakmi jawa yang sudah sangat terkenal. Terdapat Bakmi Pak Pele di Alun-Alun Utara, Bakmi Kadin, Bakmi Mbah Hadi Terban, Bakmi Mbah Mo di Desa Code, Trirenggo, Bantul dan Bakmi Mbah Wito di Desa Piyaman, Wonosari, Gunungkidul. Para pecinta kuliner belum lengkap rasanya jika belum mencoba mencicipi masakan Bakmi Jawa ini.
Cara Membuat
Bahan-bahan
300 gram Mie Kuning Basah
100 gram Daging Ayam
1 ikat Sawi Hijau
500 ml Kaldu Ayam
secukupnya Daun Bawang
secukupnya Seledri
3 siung Bawang Merah
1 sendok makan Saus Tiram
1 buah Tomat
1 sendok makan Kecap Manis
secukupnya Cabai (Cabe) Rawit Hijau
secukupnya BUMBU HALUS
4 siung Bawang Putih
1 sendok teh Lada (Merica)
2 butir Kemiri
1 sendok makan Ebi
secukupnya Garam
Langkah-langkah
Haluskan bawang putih, lada, kemiri , garam dan ebi yang telah direndam. Cuci bersih mie.
Tumis bawang merah hingga harum, masukkan bumbu halus, tumis hingga matang. Masukkan cabai dan tomat, tumis hingga tomat agak layu. Masukkan saus tiram dan kecap. Masukkan kaldu ayam. Masak sampai air mendidih. Masukkan ayam yang telah direbus dan di potong dadu. kemudian masukkan mie kuning. Cicipi rasanya, jika kurang mantap dapat di tambah kaldu bubuk. Pastikan rasanya sudah pas.Terakhir masukkan sawi, daun bawang dan seledri. Jangan terlalu masak sayurnya agar vitaminnya tidak hilang. matikan api sajikan dengan bawang goreng
Komentar
Posting Komentar